Candi merupakan istilah umum untuk menamakan semua
bangunan peninggalan kebudayaan Hindu dan Buddha di Indonesia, baik berupa
pemandiaan kuno, gapura atau gerbang kuno, maupun bangunan suci keagamaan.
Dalam bahasa jawa Kuno istilah cinandi berarti
“dimakamkan”padahal arti harafiahnya “dicandikan”. Berdasarkan hal itu ada yang
mengartikan bahwa candi tidak lain bangunan pemakaman. Ada pula yang
menafsirkan bahwa kata candi berasal dari bahasa Sansekerta candika, yaitu nama Dewi Durga dalam
kedudukannya sebagai dewi maut. (Permana, 2016: 76). Di Indonesia, candi dapat
ditemukan di pulau Jawa, Bali, Sumatera, dan Kalimantan, akan tetapi candi
paling banyak ditemukan di kawasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kebanyakan orang
Indonesia mengetahui adanya candi-candi di Indonesia yang termasyhur seperti
Borobudur dan Prambanan.
Sebagaian besar pandangan masyarakat terhadap bangunan
candi yaitu 1) candi sebagai tempat peribadatan, baik secara individual maupun
komunal; 2) candi sebagai tempat persemayaman dewa-dewa dalam arca-arca dewa
yang disimpan di candi tersebut dan 3) candi sebagai tempat memuja tokoh yang
telah mangkat, sebagai leluhur yang diperdewa (Munandar, 2015: 13). Selain
daripada itu, juga ada candi yang fungsinya sebagai gerbang pintu yang
bentuknya ada dua yaitu Candi Bentar dan
Candi Kurung (Gapura/ Kori Agung). Istilah
ini diambil dari bangunan yang sekarang ini terdapat di pura-pura yang ada di
Bali.
Candi bentar adalah sebutan bagi bangunan gapura
berbentuk dua bangunan serupa dan sebangun tetapi merupakan simetri cermin yang
membatasi sisi kiri dan kanan pintu masuk. Candi bentar tidak memiliki atap
penghubung di bagian atas, sehingga kedua sisinya terpisah sempurna, dan hanya
terhubung di bagian bawah oleh anak tangga. Bangunan ini lazim disebut
"gerbang terbelah", karena bentuknya seolah-olah menyerupai sebuah
bangunan candi yang dibelah dua secara sempurna. Bangunan gerbang terbelah seperti ini diduga muncul pertama
kali pada zaman Majapahit. Pada aturan zona tata letak pura atau puri (istana)
Bali, baik candi bentar maupun paduraksa merupakan satu kesatuan rancang
arsitektur. Candi bentar merupakan gerbang untuk lingkungan terluar yang
membatasi kawasan luar pura dengan nista
mandala (jaba pisan) zona terluar kompleks pura. Di Jawa candi berupa Candi
Bentar dapat dilihat dari Candi Wringin Lawang di Jawa Timur.
Candi Kurung
(Gapura/ Kori Agung) adalah bangunan
berbentuk seperti Candi Bentar hanya saja memiliki atap penutup, yang lazim
ditemukan dalam arsitektur kuno dan klasik di Jawa dan Bali. Kegunaan bangunan
ini adalah sebagai pembatas sekaligus gerbang akses penghubung antarkawasan dalam
kompleks bangunan khusus. Bangunan ini biasa dijumpai pada gerbang masuk
bangunan-bangunan lama di Jawa dan Bali, seperti kompleks keraton, pura dan
puri, meskipun pada masa sekarang ada pula rumah yang juga menggunakan gapura
semacam ini. Candi Kurung (Kori Agung) merupakan adaptasi dari bangunan gopuram (gapura) dalam
arsitektur Hindu-Buddha di Nusantara. Gerbang beratap pada masa awal ditemukan
pada beberapa kompleks percandian di Jawa tengah dari abad ke-8 M dan ke-9 M,
yaitu kompleks candi Prambanan, Plaosan, serta gapura kompleks Ratu Boko. Pada
masa kemudian di Jawa Timur, terutama pada era Majapahit, atap gapura kian
langsing dan tinggi menjulang. Contoh gapura gaya Majapahit adalah Candi
Bajangratu. Adanya gapura menandakan bahwa kompleks bangunan yang memiliki
gerbang seperti ini adalah bangunan penting, seperti tempat suci, atau istana.
Gerbang (kori agung) sebagai gerbang
di lingkungan dalam pura untuk membatasi zona madya mandala (jaba tengah) dengan utama mandala (jero) sebagai kawasan tersuci pura di Bali. Pada
dasarnya Candi Kurung (Kori Agung)adalah
sebuah pintu gerbang, terdiri atas tiga bagian; kaki atau landasan tempat
tangga, tubuh bangunan tempat gawang pintu, dan atap bersusun yang dilengakapi
kemuncak, ilengkapi dengan lawang (lubang gawang pintu) dan daun pintu. Gawang
pintu (kusen) serta daun pintu ini biasanya dibuat dari bahan kayu berukir.
Pada bagian atas ambang pintu terdapat hiasan kala ataupun karang boma.
DAFTAR
PUSTAKA
Permana, R. Cecep Eka
Permana. 2016. Kamus Istilah
Arkeologi-Cagar Budaya. Jakarta: Wedatama Widya Sastra
Munandar, Agus Aris. 2015. Keistimewaan Candi-Candi Zaman Majapahit. Jakarta:
Wedatama Widya Sastra.
Titib, I Made. 2003. Teologi dan Simbol-Simbol dalam Agama Hindu.
Surabaya: Paramita.